Selamat Datang Di Blog MA Madarijul Huda Kembang Pati

Jumat, 22 Oktober 2010

Terapi Islam

Terapi Mengingat Mati

Sayling Wen dalam bukunya yang berjudul LEADERSHIP ”Kepemimpinan-sebuah Resep dari Sun Zi”, menulis : ”suatu ketika ada seorang psikiater terkenal yang pasiennya kebanyakan adalah orang yang memiliki kekuasaan dan kekayaan- para pegawai tinggi dan industrialis berpengaruh. Ketika orang-orang ini diliputi berbagai kesulitan, mereka akan mencari bantuan sang psikiater, yang selalu dapat menghilangkan kebimbangan dan tekanan dalam waktu singkat. Bagaimana dia bisa melakukan itu?

Ketika sang pasien menjadi sangat tertekan dan hampir tidak kuat menahan tekanan yang sangat berat, dia akan membawa pasien tersebut ke kuburan, yang alam sekitarnya sangat indah dan sunyi. Kondisi inilah yang dapat mempengaruhi sang pasien menjadi lebih tenang. Psikiater cerdas ini kemudian akan berkata kepada pasiennya, ”Banyak pemimpin politik yang tinggal di sini untuk selamanya. Mereka sudah mengatasi banyak kesulitan dan dilahirkan dengan tekanan yang sangat berat. Bagi mereka, apa pun milik mereka tampaknya akan hilang selamanya. Namun waktu tetap berjalan. Walau pun orang-orang ini sudah tidak ada lagi, dunia akan terus berputar seperti biasanya. Tak ada kesulitan atau tekanan yang dapat menghancurkan dunia, tetapi tekanan yang Anda hadapi dapat menghancurkan diri Anda sendiri”

Terapi Taubat dan Istighfar

Taubat adalah kembali dari perbuatan maksiat menuju ketaatan kepada Allah SWT. Dalam pandangan Islam taubat bukanlah perkara yang susah dan menyulitkan, sehingga membutuhkan biaya yang tinggi atau tenaga yang besar. Sebaliknya, taubat merupakan perkara yang sangat mudah, ia senantiasa terbuka setiap saat bagi siapa saja yang ingin bertaubat dari kesalahan yang telah diperbuat. (Baca artikel berjudul Keindahan di balik Taubat dalam Majalah Keluarga Muslim Al-Mawaddah edisi ke 8 tahun ke-1)

Hal-hal berikut ini akan lahir dari kedurhakaan dan kelalaian untuk berdzikir kepada Allah, seperti tanaman yang ditumbuhkan karena air dan kebakaran yang berasal dari api : hidayah menipis, cara pandang tidak benar, kebenaran tertutup, hati rusak, dzikir melemah, waktu terbuang sia-sia, hati jauh dari Allah, hubungan antara hamba dengan Rabb-nya tidak akrab, doa tak didengar, hati mengeras, berkah pada rejeki dan usia dihapuskan, kesulitan mendapatkan ilmu, adanya kehinaan, penghinaan oleh musuh, dada menjadi sesak, ujian dengan teman-teman yang bermoral bejat, merusak hati, kegundahan yang tak pernah berhenti, kehidupan yang sengsara, dan perasaan yang perih. Sedangkan hal-hal yang merupakan kebalikan dari semua itu terlahir dari ketaatan. Sedangkan dampak dari istighfar dalam mengusir keresahan, kegundahan, dan kesempitan telah sama-sama diketahui oleh para ahli agama dan orang-orang pandai dalam setiap umat. Kedurhakaan dan kerusakan akan menyebabkan keresahan, kegundahan, rasa takut, rasa sedih, kesesakan di dalam dada, serta berbagai penyakit hati yang lain. Setelah melakukan kedurhakaan dan jiwa mereka sudah bosan dengan kedurhakaan itu, maka mereka akan kembali melakukan perbuatan dosa sebagai pelampiasan untuk menghilangkan kesempitan, keresahan, dan kegundahan yang ada di dalam dada mereka. Menghapuskan pikiran di dalam jiwa dengan melakukan kedurhakaan yang telah menyebabkan beban pikiran sebelumnya adalah dampak yang ditimbulkan dari dosa-dosa dan maksiat yang ada di dalam hati. Karenanya, cara yang paling ampuh untuk mengurangi beban pikiran itu hanyalah taubat dan istighfar.

Dr. Bahar Azwar, SpB Onk. Menulis dalam bukunya yang berjudul ‘Manfaat Puasa Menurut Ilmu Kesehatan’ : Bila Anda akan bercinta di luar nikah untuk pertama kali, rasa berdosanya sungguh besar. Kedua kali dan berikutnya akan menjadi kebiasaan. Haram menjadi biasa tidak aneh pada error atau salah fungsi otak.

Informasi dari Al-Qur’an singkat dan jelas serta ilmiah seperti fungsi logis (if – then) yang sekarang menjadi dasar komputer. Misalnya, firman-NYA dalam QS 022 : 05 : if (kalau) diturunkan air di atas bumi, then (maka) suburlah ia. Bandingkanlah dengan perintah-NYA pada masa lalu. Sepuluh perintah-NYA kepada Musa as., lugas seperti Thou shalt not commit adultery (kamu tidak boleh berzina). Dalam konteks itu, amsal 5 : 15menyatakan, “Minumlah air dari kulahmu sendiri”. Bandingkanlah dengan alasan-NYA dalam Al-Qur’an, “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji.” (QS 017 :032).

Sekarang diketahui bahwa selain kanker, zina membawa dan menularkan penyakit kelamin, baik sipilis maupun AID. Dengan demikian, error di otak dapat diterangkan. Menjelang melakukan pertama kali sudah ada ancaman dosa karena if – then masih berfungsi. If (kalau) mendekati zina, then (maka) Anda terancam mendapat dan menularkan berbagai penyakit. Kebohongan syaitan dengan alasan kemanusiaan, kasihan ditinggalkan suami, berlaku seperti virus merusak file yang sudah ada. Selanjutnya, ia akan merajalela dan data informasi dari Al-Qur’an dan Hadis yang tersimpan tidak terbaca.

“Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman..” (QS 017 : 082). Dalam keadaan demikian, tentulah Al-Qur’an tidak bisa menjadi obat. Dan bantuan- NYA tidak mungkin dapat diharapkan. “Apabila tiba bulan Ramadan dibukalah pintu-pintu surga, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, serta syaitan-syaitan dibelenggu “ (Abu Hurairah ra). Sekarang mudah dimengerti betapa pentingnya mengukuhkan niat. Namun niat belum tentu menjamin amal yang baik karena walaupun syaitansyaitan sudah dibelenggu, namun error di otak mungkin sudah terjadi.

“Dan Dia-lah yang menerima taubat dari hamba-hamba-NYA, dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS 042:025) “Demi keagungan dan kebesaran-KU, Aku pun tidak akan berhenti mengampuni mereka selagi mereka meminta ampun kepada-KU. (HR. Ahmad). Niat menjamin amal yang baik bila otak, seperti layaknya komputer yang kemasukan virus, di-set up ulang atau kalau perlu diformat kembali. Mengukuhkan niat adalah menggunakan fasilitas taubat.

Ibnu Al-Qayyim, menulis dalam Metode Pengobatan Nabi SAW : “Taubat dapat menguras segala bentuk materi dan unsur berbahaya yang menjadi penyebab penyakit, lalu memberikan prevensi terhadap penyakit lain. Pintu kebahagiaan dan kebaikan akan dibuka untuk seorang hamba dengan tauhid, dan pintu kejahatan akan ditutup melalui taubat dan istighfar. Kalangan ahli medis klasik sering mengatakan, “siapapun yang ingin bertubuh sehat, hendaknya makan dan minum sedikit saja. Siapa saja yang ingin berhati sehat, hendaknya ia meninggalkan dosa-dosa”. Tsabit bin Qurrah menAndaskan, “Tubuh akan merasa nyaman dengan sedikit makanan. Jiwa akan tentram dengan sedikit berbuat dosa. Sementara lidah akan merasa enak bila sedikit bicara”. Dosa itu ibarat racun bagi hati, kalaupun tidak sampai membunuhnya, paling tidak melemahkannya, dan itu pasti. Kalau stamina hati sudah lemah, ia tidak akan mampu menolak penyakit”

Terapi LA TAHZAN (JANGAN BERSEDIH!)

Jangan bersedih, karena Anda telah melalui kesedihan itu kemarin dan ia tidak memberi manfaat apapun. Ketika anak Anda gagal dalam ujian dan Anda bersedih karenanya, apakah kemudian anak Anda lulus karena kesedihan itu? Saat bapak Anda meninggal dan Anda bersedih, apakah ia akan hidup kembali? Manakala Anda merugi dalam suatu bisnis dan kemudian Anda bersedih, apakah kemudian kerugian itu berubah menjadi keuntungan?

Jangan bersedih, sebab bila Anda bersedih gara-gara satu musibah maka musibah yang satu itu akan menjadi berlipat ganda. Ketika Anda bersedih karena kemiskinan atau kesengsaraan yang Anda alami, bukankah kesedihan itu hanya menambah kesusahan Anda saja? Saat Anda bersedih karena cercaan musuhmusuh Anda, pastilah kesedihan itu hanya akan menguntungkan dan menambah semangat mereka untuk menyerang Anda. Atau, ketika Anda mencemaskan terjadinya sesuatu yang tidak Anda sukai, ia akan mudah terjadi pada Anda.

Jangan bersedih, karena kesedihan itu akan membuat rumah yang luas, isteri yang cantik, harta yang berlimpah, kedudukan yang tinggi, dan anak-anak yang cerdas tidak ada gunanya sedikit pun.

Jangan bersedih, sebab kesedihan hanya akan membuat air yang segar terasa pahit, dan sekuntum bunga mawar yang indah tampak seperti sebongkok labu, taman yang rimbun tampak seperti gurun pasir yang gersang, dan kehidupan dunia menjadi penjara yang pengap.

Jangan bersedih, karena rasa sakit dapat sirna, cobaan akan pergi, dosa akan terampuni, hutang akan terbayar, narapidana akan dibebaskan, orang yang hilang akan kembali, orang yang melakukan kemaksiatan akan bertaubat, dan orang yang fakir akan menjadi kaya.

Jangan bersedih karena Anda masih memiliki Agama yang Anda yakini, rumah yang Anda diami, nasi yang Anda makan, air yang Anda minum, pakaian yang Anda pakai, dan isteri tempat Anda berbagi rasa. Mengapa harus bersedih?

Jangan bersedih, karena rasa sedih datangnya dari setan. Kesedihan adalah rasa putus asa yang menakutkan, kefakiran yang menimpa, putus asa yang berkelanjutan, depresi yang harus dihadapi, dan kegagalan yang menyakitkan.

Jangan bersedih, sebab usia Anda yang sebenarnya adalah kebahagiaan dan ketenangan hati Anda. Oleh sebab itu; jangan habiskan usia Anda dalam kesedihan, jangan boroskan malam-malam Anda dalam kecemasan, jangan berikan menit-menit Anda untuk kegundahan, dan jangan berlebihan dalam menyia-nyiakan hidup, sebab Allah tidak suka orang-orang yang berlebihan.

Jangan bersedih, karena kesedihan hanya akan membuatmu lemah dalam beribadah, membuatmu malas berjihad, membuatmu putus harapan, menggiringmu untuk berburuk sangka, dan menenggelamkanmu ke dalam pesimisme.

Jangan bersedih, sebab rasa sedih dan gundah adalah akar penyakit jiwa, sumber penyakit syaraf, penghancur jiwa, dan penebar keraguan dan kebingungan.

Jangan bersedih, karena ada al-Qur’an, ada do’a, ada shalat, ada sedekah, ada perbuatan baik, dan ada amalan yang memberikan manfaat.

Jangan bersedih, dan jangan pernah menyerah kepada kesedihan dengan tidak melakukan aktivitas. Shalatlah.. bertasbihlah.. bacalah.. menulislah.. bekerjalah.. terimalah tamu.. dan merenunglah..


Download Artikel ini..



Terapi Islam jangan bersedih.doc

Taat Kepada Allah dan Rosul-Nya

Generasi manusia terbaik sepanjang sejarah kemanusiaan ialah generasi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya kemudian generasi tabi’in dan Tabi’ut-Tabi’in. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasaallam telah memberi kabar sekaligus jaminan tentang kemuliaan dan ketinggian derajat generasi-generasi tersebut dengan sabdanya yang artinya:

“Sebaik-baik kurun (abad) ialah abadku kemudian abad sesudahku kemudian abad sesudahku.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, at-Tirmidzi dan Nasa’i)

Informasi ini tidak saja sebagai kabar berita bahkan petunjuk yang sangat jelas dan terang bagi umat islam. Kelak di kemudian hari akan tumbuh berbagai kesamaran (syubhat) dan fitnah yang datang melanda. Sedangkan di saat itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sudah tiada lagi, maka hendaklah umat islam kembali kepada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengikuti bagaimana cara hidup orang-orang yang telah dijamin kebaikan dan ketinggian martabat dan budi pekertinya di sisi Allah. Dengan mengikuti hidup yang telah ditempuh orang-orang terbaik inilah syarat keselamatan hidup di dunia dan akhirat. Cara inilah yang disebut sebagai Manhaj salafus Shalih.

Gambaran kepatuhan dan ketaatan mereka dapat kita saksikan dalam peristiwa-peristiwa berikut ini:

“Ubaidillah bin Shamid radhiyallahu ‘anh berkata: “Kami keluar bersama Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mengikuti perang Badar, maka berhadapan dua golongan dan Allah mengalahkan kaum kafir. Saat aku bersama kawan-kawanku mengejar musuh untuk membunuh mereka, dan sebagian yang lain mengumpulkan apa yang telah ditinggalkan oleh musuh, sedang sebagian yang lain menjaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam supaya jangan didekati oleh musuh hingga waktu malam. Maka orang-orang pada kembali berkumpul, maka berkata orang-orang yang mengumpulkan Ghanimah, “Kami yang mengumpulkan, maka kami yang berhak, dan yang lain tidak punya hak dalam Ghanimah ini.” Lalu orang-orang yang mengejar musuh berkata, “Kalian tidak lebih berhak dari kami, sebab kamilah yang menghalau musuh.” Dan orang-orang yang menjaga Nabi berkata, “Kamilah yang berhak karena menjaga keselamatan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, kami khawatir musuh menculik beliau. Maka karena itulah turun surat Al-Anfal ayat 1. Artinya, “Mereka bertanya kepadamu tentang harta rampasan perang. Katakanlah bahwa harta rampasan perang itu adalah milik Allah dan Rasul-Nya. Maka hendaklah kalian tetap bertaqwa kepada Allah dan memperbaiki apa yang terjadi diantara kamu.” (HR Ahmad)

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anh berkata: “Ketika Perang Badar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa berbuat ini, maka mendapat ini”. Maka bergegaslah para pemuda, sedangkan orang-orang tua tetap menjaga panji (bendera), kemudian setelah selesai (Perang Badar), dan tiba pembagian ghanimah, mereka datang dan meminta apa yang telah dijanjikan Nabi itu. Maka berkatalah orang-orang tua, “Kalian jangan monopoli atas kami, sebab kamilah yang menjadi benteng pertahananmu. Sekiranya kamu tidak dapat bertahan tentu kamu akan lari kepada kami. Karena hal tersebut terjadilah perselisihan, akhirnya Allah menurunkan satu ayat ini.” (HR Abu Dawud).

Dengan turunnya ayat tersebut di atas, berakhirlah pertengkaran dan perbedaan pendapat, ketika ada seruan bahwa harta rampasan perang adalah milik Allah dan Rasul-Nya. Tidak ada lagi suara gerutu, tetapi wajah-wajah shalih menunduk, air mata mengalir. Seakan-akan suara halilintar yang memecah kesunyian, “Itu bukan hak kalian, mengapa kalian bertengkar? Takutlah kepada Allah dan perbaikilah diantara kamu, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jika kamu benar-benar beriman”. Hati yang penuh iman, begitu dibacakan ayat-ayat Allah dan diperingatkan dengan wahyu-Nya, seraya mereka bersujud. Diantara orang-orang shalih, terkadang muncul perselisihan atau perbedaan pendapat. Tetapi persaudaraan yang dibangun di atas fondasi aqidah sedemikian kuat. Kasih sayang di antara mereka begitu mendalam, sehingga mampu meretas (melerai) kebekuan hati, dan perbedaan yang muncul tidak membuat mereka saling bermusuhan. Mereka semua kembali kepada pangkuan Allah dan Rasul-Nya, dan menyerah patuh manakala wahyu allah datang memberi jalan keluar bagi persoalan yang mereka hadapi.

“Mereka berkata, “Kami mendengar dan kami siap mematuhi.” Sambil berdo’a,”Ampunilah kami ya Rabb kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali.” (QS al-Baqarah: 285)


Dan pada waktu perjanjian Hudaibiyah yang menghebohkan kaum muslimin, yang hasilnya membuat mereka kecewa. Maka ketika urusan telah selesai dan tidak tinggal kecuali kitab, Umar mendatangi Abu Bakar dan berkata:
Umar : “Wahai abu Bakar, bukankah dia Rasulullah dan kita ini muslimin?”
Abu Bakar : “Ya, kita muslimin.”
Umar : “Bukankah mereka musyrik?”
Abu Bakar : “Ya, mereka musyrik.”
Umar : “Maka apa alasan kita memberikan kerendahan atas dien kita?”
Abu Bakar : “Wahai Umar, pahamilah duduk persoalan dan sesungguhnya dia adalah Rasulullah”.

Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan berkata:
Umar : “wahai Rasulullah, bukankah engkau ini rasul dan kita ini muslimin?”
Rasul : “Ya”.
Umar : “Bukankah mereka musyrik?”
Rasul : “Ya”.
Umar : “Apa alasan kita memberikan kerendahan atas dien kita?”
Rasul : “Aku adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, tidak sekali-kali aku akan menyalahi perintah-Nya, dan Allah sekali-kali tidak akan membiarkan aku.
Umar : “Aku masih tetap bersedekah, shaum, shalat dan membebaskan Orang seperti yang aku perbuat pada hari ini, karena aku takut terhadap ucapan yang telah aku ucapkan dan aku berharap semuanya baik.
Umar yang pemberani, yang gagah dan perkasa. Siapa pun diterjang jika tak sesuai dengan pemikirannya yang cerdas dan perasaan yang tajam. Tetapi jika datang peringatan Allah dan Rasul-Nya, meskipun datang dari seorang hamba atau seorang wanita, maka Umar langsung tunduk dan bersujud kepada Allah dan patuh kepada tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam .

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:

“Atas seorang muslim wajib mendengar dan taat dalam hal yang ia suka dan tidak suka, kecuali diperintah kepada maksiat. Maka jika diperintah dalam hal maksiat, tidak boleh mendengar dan taat.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, at-Tirmidzi, Nasa’I, Abu Dawud, dan Ibnu majah).

Tarbiyah Nabawiyah dan pembinaan ini betul-betul telah menjadi darah daging bagi seluruh sahabat Nabi di masa hidup beliau. Lihatlah perselisihan dikalangan para sahabat dalam hal pembagian ghanimah, ketika usai perang Badar Kubra, ketika terjadi perjanjian Hudaibiyah. Sehingga Ali bin Abi Thalib pun enggan diperintah menghapus kata Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah ditulis di atas kertas perjanjian. Terpaksa Rasulullah sendiri yang menghapusnya. Selain Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib yang tidak puas dengan isi perjanjian tersebut, sahabat-sahabat yang lain pun merasa geram dan marah serta tidak puas. Tetapi ketika telah diambil keputusan, tidak seorang pun yang menolak dan membantah.

Demikianlah gambaran ketaatan dan kepatuhan seorang shalih kepada Allah dan Rasul-Nya. Semoga kita dapat mengambil ‘Ibrah dan pelajaran serta sifat-sifat para shalihin dan masa lampau.


Segala Sesuatu yang Anda Miliki pada Hakikatnya adalah Ilusi

Sebagaimana terlihat dengan jelas, merupakan fakta ilmiah dan logis bahwa “dunia luar” tidak memiliki realitas materialistis tetapi merupakan kumpulan citra yang dihadapkan secara terus - menerus kepada jiwa kita oleh Allah. Akan tetapi, orang biasanya tidak memasukkan, atau cenderung tidak mau memasukkan segala sesuatu ke dalam konsep “dunia luar”.

Jika Anda memikirkan hal ini dengan tulus dan berani, Anda akan menyadari bahwa rumah, perabotan di dalamnya, mobil yang mungkin saja baru dibeli, kantor, perhiasan, rekening di bank, koleksi pakaian, suami atau istri, anak-anak, rekan sejawat, dan semua yang Anda miliki sebenarnya termasuk dalam dunia luar imajiner yang diproyeksikan kepada Anda. Segala sesuatu yang Anda lihat, dengar, atau cium; singkatnya, Anda tangkap dengan kelima indra adalah bagian dari “dunia imajiner” ini. Suara penyanyi favorit Anda, kerasnya kursi yang Anda duduki, parfum yang aromanya Anda suka, matahari yang menghangatkan tubuh Anda, bunga dengan warna yang indah, burung yang terbang di depan jendela Anda, speed-boat yang bergerak cepat di atas air, kebun Anda yang subur, komputer yang Anda gunakan di tempat kerja, hi-fi dengan teknologi tercanggih di dunia…

Ini adalah kenyataan, karena dunia ini hanyalah kumpulan citra yang diciptakan untuk menguji manusia. Manusia diuji sepanjang hidupnya yang terbatas dengan persepsi –persepsi yang tidak mengandung realitas. Persepsi-persepsi ini sengaja dihadirkan secara menggoda dan memikat. Fakta ini diungkapkan dalam Al- Qur’an :

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu : wanitawanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)”. (QS. Ali Imran, 3:14)

Sebagian besar orang mengabaikan agamanya karena daya tarik kekayaan, rumah, timbunan emas dan perak, uang, perhiasan, rekening bank, kartu kredit, lemari penuh dengan pakaian, mobil model terbaru; singkatnya, semua bentuk kemakmuran yang mereka miliki atau mereka usahakan untuk memilikinya. Orangorang seperti ini hanya memikirkan dunia ini dan melupakan hari akhir. Mereka tertipu oleh wajah dunia yang cantik dan gemerlap ini, dan tidak menegakkan shalat, memberi sedekah kepada kaum miskin, melakukan ibadah yang akan membuat mereka bahagia di hari akhir. Mereka mengatakan, “masih ada yang harus Saya kerjakan”, “Saya memiliki cita-cita”, “Saya punya tanggung jawab”, “Saya tidak punya banyak waktu”, “Saya harus menyelesaikan pekerjaan”, “Saya lakukan nanti saja”. Dalam sebuah ayat dikatakan, “Mereka mengisi hidup dengan berusaha hanya untuk bahagia di dunia ini. Dalam sebuah ayat dikatakan, “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka lalai tentang (kehidupan) akhirat”. (QS. Ar- Ruum, 30:7).

Fakta yang digambarkan dalam bab ini, yaitu bahwa segala sesuatu adalah citra, merupakan hal yang sangat penting karena implikasinya membuat semua nafsu dan batas-batas menjadi tidak berarti. Pembuktian fakta ini memperjelas bahwa segala sesuatu yang dimiliki dan diusahakan orang, kekayaan yang diproleh dengan tamak, anak-anak yang mereka banggakan, suami atau istri yang mereka anggap sebagai bagian terdekat, teman-teman mereka, tubuh mereka, kedudukan tinggi yang mereka pertahankan, sekolah yang telah mereka ikuti, liburan yang mereka lalui: semuanya hanyalah ilusi. Oleh karena itu, semua usaha yang dikerahkan, waktu yang dihabiskan serta ketamakan mereka, terbukti tidak berguna.

Itulah mengapa sebagian orang secara tidak sadar mempermainkan diri sendiri ketika mereka membanggakan kekayaan dan harta, atau “kapal pesiar, helikopter, pabrik, perusahaan, rumah dan tanah” mereka, seolah-olah semuanya benar-benar ada. Orang-orang kaya ini dengan bangga bepergian dengan kapal pesiar mereka, memamerkan mobil-mobil mereka, terus membicarakan kekayaan mereka, menganggap bahwa jabatan menempatkan status mereka lebih tinggi dari orang lain, dan terus berpikir bahwa mereka sukses karena semua itu. Orang-orang ini seharusnya memikirkan status apa yang akan mereka dapati bagi diri mereka setelah menyadari bahwa kesuksesan itu bukan apa-apa melainkan ilusi belaka.

Dalam kenyataannya, pemandangan ini sering terlihat dalam mimpi pula. Dalam mimpi, mereka memiliki rumah, mobil balap, perhiasan sangat mahal, gulungan uang, serta timbunan emas dan perak. Dalam mimpi, mereka juga menempati status sosial tinggi, memiliki pabrik dengan ribuan pekerja, memiliki kekuasaan untuk mengatur banyak orang, berpakaian yang membuat setiap orang kagum. Seperti halnya membanggakan kepemilikan dalam mimpi membuat seseorang menjadi bahan ejekan, ia pasti akan dipermalukan juga jika membanggakan citra yang dilihatnya di dunia ini. Bagaimanapun juga, baik yang dilihatnya dalam mimpi maupun yang dimilikinya di dunia ini hanyalah citra dalam otak.

Sama halnya, cara orang bereaksi terhadap kejadian-kejadian yang dialami didunia akan membuat mereka malu ketika menyadari kenyataan sebenarnya. Mereka yang saling bertengkar sengit, berteriak marah-marah, menipu, menerima suap, terlibat pemalsuan, berbohong, rakus menimbun uang, berbuat salah terhadap orang lain, memukul dan mengutuk orang lain, menjadi penindas, berambisi pada pekerjaan dan status, iri hati, pamer, menganggap diri sendiri suci, dan sebagainya, akan malu ketika menyadari bahwa mereka telah melakukan semua perbuatan ini dalam mimpi.

Karena Allah lah yang menciptakan semua citra ini. Dia lah pemilik akhir segala sesuatu. Fakta ini ditekankan dalam Al-Qur’an :

“Kepunyaan Allah lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.” (QS. An-Nisa, 4: 126).

Menyingkirkan agama demi nafsu imajiner adalah kebodohan besar yang menyebabkan hilangnya kesempatan untuk kehidupan penuh berkah di surga.

Sampai tahap ini, ada satu hal yang harus dipahami dengan baik : di sini tidak dikatakan bahwa fakta yang Anda hadapi menyatakan “semua kepemilikan, kekayaan, anak, suami/istri, teman-teman, status yang menjadikan Anda kikir akan lenyap cepat atau lambat, dan oleh karena itu, semuanya tidak berarti”. Yang tepat adalah bahwa “semua hal yang tampaknya Anda miliki sebenarnya tidak ada sama sekali, seluruhnya hanyasebuah mimpi dan tersusun atas citra yang diperlihatkan Allah untuk menguji Anda”. Bisa Anda lihat, ada perbedaan besar antara kedua pernyataan di atas.

Meskipun seseorang tidak langsung mau mengakui fakta ini dan lebih suka menipu diri sendiri dengan berasumsi bahwa segala sesuatu yang dimilikinya benar-benar ada, pada akhirnya ia akan mati dan segala sesuatu akan menjadi jelas pada saat ia diciptakan kembali di hari akhir nanti.. “maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam.” (QS, Qaaf, 50: 22) sehingga ia dapat melihat segala sesuatu dengan jelas. Akan tetapi, jika ia menghabiskan waktu hidupnya mengejar tujuan-tujuan imajiner, ia akan berharap tidak pernah menjalani hidup tersebut dan mengatakan, “Wahai kiranya kematian itulah yang menyelesaikan segala sesuatu. Hartaku sekalikali tidak memberi manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku daripadaku.” (QS. Al-Haqqah, 69: 27-29).

Apa yang harus dilakukan oleh manusia bijak, di lain pihak, adalah mencoba memahami kenyataan terbesar alam semesta di sini, di dunia ini, ketika ia masih memiliki waktu. Jika tidak, ia hanya akan menghabiskan hidupnya untuk mengejar mimpi dan menghadapi hukuman pedih di akhirat kelak. Keadaan akhir orang-orang yang mengejar ilusi (atau fatamorgana) di dunia ini dan melupakan Penciptanya, dinyatakan dalam Al-Qur’an sebagai berikut :

“Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amalamal dengan cukup dan Allah sangat cepat perhitungan-NYA.” (QS. An-Nur, 24:39)


Download Artikel ini..



Segala Sesuatu yang Anda Miliki pada Hakikatnya adalah Ilusi.doc



Bersemangat Meskipun Gagal

Seseorang yang beriman berikhlas diri dan berupaya menyampaikan kebaikan dan ajaran mulia yang terkandung dalam Al Qur’an. Mereka mengungkapkan kerusakan akhlak yang terjadi di masyarakat yang jauh dari agama. Seiring dengan itu, dengan kehendak Allah mereka pun membimbing manusia ke jalan yang benar. Karena telah merasakan sendiri kenikmatan hidup secara Islami, mereka pun berharap dan berusaha agar orang lain juga mengalami hal yang sama. Selain itu, karena mengetahui neraka benar-benar ada, mereka ingin menyelamatkan semua orang darinya, dengan anjuran menjalani kehidupan yang diridhai Allah. Bahkan keselamatan abadi bagi satu orang saja punya arti besar bagi orang-orang beriman. Inilah yang menyebabkan mereka punya keteguhan untuk mengorbankan apa saja dalam rangka menyelamatkan seseorang dari neraka dan membimbingnya menuju ampunan dan kasih sayang Allah. Mereka bahkan rela mencurahkan waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun, siang dan malam, guna membimbing seseorang agar menerapkan nilai-nilai Islami yang baik. Demikian pula, mereka pun bersemangat mengeluarkan harta kekayaannya untuk tujuan yang satu ini. Semangat yang mereka rasakan memberikan kekuatan yang besar baik secara fisik maupun ruhani. Hingga akhir hayatnya mereka tidak pernah berhenti menyampaikan ajaran Allah dengan cara terbaik dan paling bijaksana.

Meski demikian, sekalipun semua upaya mereka pada akhirnya tidak mendatangkan hasil berupa turunnya hidayah kepada satu orang pun, mereka takkan pernah berputus asa. Sebab, kewajiban seorang mukmin hanyalah menyampaikan pesan Al Qur’an, sedangkan yang sesungguhnya memberikan hidayah kepada seseorang hanyalah Allah. Melalui Al Qur’an kita tahu bahwa banyak penyembah berhala di Mekkah yang tidak memeluk Islam, sekalipun Nabi Muhammad saw. telah melakukan berbagai upaya yang tulus dan sungguh-sungguh. Namun, segenap kerja keras yang telah beliau curahkan tetap mendapatkan ganjaran.

Di dalam Al Qur’an dinyatakan, semua nabi telah menunjukkan kebulatan tekad dan kegigihan yang sama dalam menyampaikan risalah dari Tuhan mereka. Berbagai kesukaran yang mereka hadapi tak pernah mematahkan semangat mereka. Sebaliknya, mereka senantiasa melakukan berbagai upaya untuk mengarahkan umat ke jalan yang benar. Kerja keras penuh semangat yang dilakukan Nabi Nuh a.s., misalnya, telah digambarkan sebagai berikut:

“Nuh berkata: ‘Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah berdakwah kepada kaumku malam dan siang, namun dakwah itu hanya menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku berdakwah kepada mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan sangat menyombongkan diri. Kemudian sesungguhnya aku telah berdakwah kepada mereka (untuk beriman) dengan cara terang-terangan, kemudian sesungguhnya aku (berdakwah kepada) mereka (lagi) dengan terang-terangan dan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun’.” (QS. Nuh, 71:5-10).

Sebagaimana diungkapkan dalam sejumlah ayat di atas, Nabi Nuh a.s. telah menyampaikan risalah Allah dengan semangat yang tinggi untuk membukakan hati umatnya kepada jalan keselamatan dan kebahagiaan. Meskipun mereka selalu menolak, namun beliau tidak pernah patah semangat dalam menyampaikan keberadaan Allah beserta sifat-sifat-Nya. Kendati demikian, umatnya yang berkepala batu selalu saja berpaling setiap kali mendengarkan kebenaran. Karena semangat dan rasa suka cita yang dirasakannya dalam menjalankan perintah Allah untuk menyampaikan pesan-Nya, Nabi Nuh a.s. tidak mencela sikap mereka. Sebaliknya, beliau terus saja melanjutkan kewajibannya dengan keteguhan yang tiada surut. Meskipun umatnya menunjukkan keangkuhan, beliau berupaya mencari cara-cara lain yang memungkinkan guna melunakkan hati mereka. Niat beliau adalah untuk menyelamatkan mereka dari kerusakan masyarakat yang jauh dari ajaran Allah dengan cara mengingatkan kepada mereka mengenai kebesaran Allah, baik secara terang-terangan maupun diam-diam.

Perlu senantiasa kita ingat bahwa segenap upaya yang telah dikerahkan Nabi Nuh a.s. dan yang lainnya dalam menyampaikan risalah ini, dengan semangat yang tinggi dan keikhlasan, tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa ganjaran. Dengan izin Allah dan kemurahan-Nya, setiap kata yang disampaikan dan setiap saat yang dicurahkan di jalan-Nya akan diberi pahala berlipat ganda.

“Mereka itu adalah orang-orang yang bertobat, yang beribadah, yang memuji (Allah), yang melawat, yang rukuk yang sujud, yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah berbuat mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.” (QS. At Taubah, 9:112).

Bagaimana Menjadi Generasi Muslim Yang Cerdas Dan Islam

Menjadi ganerasi ulul albab yang sukses tidaklah mudah kita harus dapat melalui beberapa hal untuk mencapai kesuksesan ala ulul albab.Banyak kesuksesan yang terjadi dalam kehidupan namun yang perlu dipertanyakan apakah kesuksesan ala ulul albab adalah kesuksesan yang seimbang (balace) antara 2 kutub yaitu zikir (rohani) dan pikir/amal sehingga kesuksesan yang diraih benar-benar tidak berhenti yang berarti kesuksesan yang sampai akhir hayat.

Generasi adalah penerus tongkat estafet perjuangan bangsa yang merupakan generasi harapan dan tumpuan bangsa.
Ulul albab itu sendiri berarti orang-orang yang memiliki akal yang murni yang tidak diselubungi oleh “kulit” yakni kabut idea yang dapat melahirkan kerancuan dalam berfikir.sedangkan menurut ustad Quraish mengatakan bahwa ulul albab adalah orang yang memiliki akal pikiran murni yang berarti pikirannya tidak diliputi oleh kabut-kabut kebohongan, serta mampu melawan hawa nafsu.

Ulul albab memiliki tiga ciri-ciri karakteristik yang sedimikian seimbang, manusia tidak hanya berfikir tatapi juga berbuat (kreatif). Sehingga generasi ulul albab adalah generasi yang mampu menggunakan potensi qolbu, otak dan kerja sekaligus secara seimbang atau generasi yang mau berzikir,berfikir dan bekerja secara seimbang.

Cara Mengembangkan Zikir, pikir, dan Aksi

Jika kita ingin menjadi manusia sesungguhnya sesuai dengan anugerah yang diberikan Allah SWT. Maka, kita harus berusaha mengembangkan tree in one yaitu berzikir (kalbu), berfikir (rasa/pikiran) dan berbuat kreatif.

1. Zikir
Zikir berasal dari kata Al Dzikru yang berarti mengingat
zikir dapat dilakukan dengan 3 cara :

a. Berzikir dengan hati
Zikir dengan hati maksudnya adalah menggantungkan hati dan fikiran kepada Allah karena memperatikan kebesaan dan kekuasaan cipa-Nya.

b. Berzikir dengan hati
Zikir dengan lisan ialah dengan cara menyebut asma Allah atau mengucapkan kalimat-kalimat tayyibah.contoh.

c. Berzikir dengan perbuatan
Zikir dengan perbuatan dapat dilakukan dengan cara mengerjakan semua perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya.

2. Berfikir
Berfikir adalah menghasilkan sesuatu yang berguna untuk kesejahteraan.

3. Aksi
Berbuat dalam bahasa agamanya disebut beramal adalah perwujudan dari idea.


Upaya Mempertajam Hati dan Otak Agar Sukses.

Otak dapat di optimalkan kerjanya dengan cara :
• Perangsangan dengan sering pengguaan
• Ciptakan suasana yang aman dan ceria
• keseimbangan otak kanan dan kiri
• penciptaan suasana alfa(kondisi tenang)
• Pemanfaatan gaya belajar yang khas.

Orang dalam mencapai kesuksesan dapat dilakukan dengan bentuk hal asal ada niat, tekat dan usaha namun juga dapat dengan : 

a. merubah cara berfikir kita seperti ajakan Nabi Muhammad untuk merubah cara berfikir. Perubahan itu harus mulai dari keinginan yang kuat dari diri masing-masing. Tuhanpun tidak bisa merubah keadaan kita, kalau kita sendiri tidak mau merubah cara berfikir kita. Tetapi dengan adanya perubahan cara berfikir kita bisa berkembang lebih maju 

b. Membentuk kebiasan
Kebiasaan adalah sesuatu yang kita lakukan. Dalam kehidupan manusia kebiasaan memiliki pengaruh yang besar 10 kebiasaan yang membuat kita sukses itu adalah:
1. Kebiasaan berusaha mencapai keunggulan.
2. Kebiasaan menentukan tujuan.
3. Kebiasaan menyusun prioritas.
4. Kebiasaan membuat rencana.
5. Kebiasaan konsentrasi.
6. Kebiasaan manajemen waktu.
7. Kebiasaan berjuang melawan diri sendiri.
8. kebiasaan kepiawaian berkomunikasi.
9. kebiasaan berfikir positif’
10. Kebiasaan menjaga keseimbangan


Oleh : Ani Maghfiroh Kelas XI PK
Disadur dari Buku : “ULUL ALBAB” GENERATION BE SUCCES! (Seimbangkan zikir,pikir,dan aksi)
Pengrang : Drs.Mahfud.


Download Artikel ini...



Bagaimana Menjadi Generasi Muslim Yang Cerdas Dan Islam.doc

Keimanan Adalah Puncak Ketaqwaan

Taqwa adalah target utama disyari’atkannya Shaum seperti firman Allah SWT yang tercantum dalam surat Al-Baqarah : 183.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

Sebab itu, saat kita bicara soal Ramadhan dengan segala aktivitasnya, tema taqwa sangat relevan untuk kita bahas. Sebab itu, taqwa harus dapat dilihat pengaruh dan cirri-cirinya dalam kehidupan. Taqwa harus menjadi tema terpenting setlelah iman. Karena iman yang tidak melahirkan taqwa tidak akan bermanfaat banyak dalam kehidupan dunia dan tidak pula di akhirat kelak.
Dari ayat dan hadits tersebut kita dapat mengetahui dengan mudah karakteristik muttaqin (orang-orang bertaqwa). Di anataranya seperti yang tercanytum dalam surat Al-Baqoroh : 3 – 5 dan 177

Artinya :
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.
4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Artinya:
177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.

serta surat Ali Imran : 133 – 138.

Artinya:
133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
135. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka Mengetahui.
136. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.
137. Sesungguhnya Telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; Karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
138. (Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
Dari ayat-ayat tersebut dapat simpulkan bahwa di antara sifat muttaqin ialah :

1. Menjadikan Al-Qur'an sebagai petunjuk hidup
2. Memahami konsep keimanan dengan benar
3. Memiliki tanggung jawab sosial (Berinfaq dalam keadaan lapang dan sempit)
4. Menegakkan sholat dan zakat (Ahli Ibadah)
5. Memiliki moralitas yang tinggi (Menepati janji, mampu menahan marah dan pema'af)
6. Sabar menghadapi berbagai kesulitan hidup
7. Mampu mengendalikan marah/diri
8. Memiliki sifat pe'maaf
9. Banyak berzikir & Istigfhar (Bertaubat) pada Allah

MEMAKNAI WASIAT NABI IBRAHIM

Ribuan tahun yang lalu, di tanah kering dan tandus, di kegersangan kawasan yang meranggas, di atas bukit-bukit bebatuan yang ganas, sebuah cita-cita universal ummat manusia dipancangkan. Nabi Ibrahim Alaihissalam, Abu al-Millah, telah memancangkan sebuah cita-cita yang kelak terbukti melahirkan peradaban besar. Cita-cita kesejahteraan lahir dan batin. Suatu kehidupan yang secara psikologis aman, tenteram, dan sentosa dan secara materi subur dan makmur.

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS, al-Baqarah: 126)

Pada hari ini jutaan manusia, dengan kesadaran keagamaan yang tulus, kembali mengenang peristiwa keagamaan yang sangat bernilai itu. Mereka coba merefleksikan maknanya pada berbagai bentuk ritual yang telah diajarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Maka jutaan manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai refleksi rasa syukur dan sikap kehambaan mereka kepada Allah SWT. Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan manusia di tanah suci Makkah, menjadi sebuah panorama menakjubkan yang menggambarkan eksistensi manusia di hadapan kebesaran Rabb Yang Maha Agung. Mereka serempak menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan-Nya, “Labbaika Allahumma labbaik, labbaika lasyarikalaka labbaik. Innal hamda wan ni’mata laka wal mulk la syarika lak.”

Sesungguhnya apa yang dipancangkan oleh Nabi Ibrahim itu adalah sebuah momentum sejarah yang menentukan perjalanan hidup manusia sampai sekarang ini. Ia menghendaki sebuah masyarakat ideal yang bersih; yang merupakan refleksi otentik interaksinya dengan sistem kepercayaan, nilai-nilai luhur, dan tata aturan (syariat) yang telah menjadi dasar kehidupan bersama. Sebab keidealan dan kebersihan sebuah masyarakat hanya mungkin terjadi jika terdapat kesesuaian antara realitas aktual dengan keyakinan (aqidah), nilai-nilai luhur (akhlaq), dan tata aturan (syariat) yang diyakini.
Cerminannya: terbangunnya kehidupan yang seimbang dan tenteram; strkturnya yang stabilitas dan kokoh; dan produktifitasnya laksana kebun yang pohon-pohonnya rindang yang akar-akarnya kokoh menghunjam ke bumi, tertata dan terawat, enak dipandang, dan buah (kemanfaatan)-nya tidak mengenal musim, serta sekaligus menjadi tempat persemaian generasi mendatang.

Sistem kepercayaan, nilai-nilai, dan tata kehidupan yang telah dipancangkan oleh Nabi Ibrahim itulah yang terbukti melahirkan cita-cita ketenteraman dan kemakmuran hidup manusia. Itulah agama Nabi Ibrahim, agama Islam yang tulus dan jelas. Tidak ada yang membencinya kecuali orang yang menzhalimi, memperbodoh, dan merendahkan diri sendiri.
Ibrahim adalah suri tauladan abadi. Ketundukannya kepada sistem kepercayaan, nilai-nilai dan tata aturan ilahiah selalu menjadi contoh yang hidup sepanjang masa. “Ketika Allah berfirman kepadanya, “Tunduk patuhlah (Islamlah),” maka ia tidak pernah menunda-nundanya walau sesaat, tidak pernah terbetik rasa keraguan sedikit pun, apa lagi menyimpang. Ia menerima perintah itu dengan seketika dan dengan penuh ketulusan.

Ternyata keislaman Ibrahim tidak hanya untuk dirinya sendiri, ketundukannya kepada ajaran-ajaran dan syari’at Allah bukan hanya buat dirinya sendiri, bahkan tidak hanya untuk generasi sezamannya, melainkan untuk seluruh generasi ummat manusia. Atas dasar itulah beliau wariskan Islam dan sikap ketundukan kepadanya untuk anak cucu sepeninggalnya, untuk generasi berikutnya sampai akhir masa.

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَابَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”.Wahai anak-anakku! Sesungguhnyaa Allah telah memilih agama ini bagimu!” (QS, al-Baqarah [2]: 132)
Apa yang diwasiatkan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ya’qub tersebut jelas mengisyaratkan agar anak cucu mereka, agar generasi sesudahnya menerima dan menegakkan Islam secara utuh serta konsisten dalam merealisasikan cita-cita kesejahteraan. Ketulusan dalam menerima dan menegakkan Islam serta konsistensi pada cita-cita luhur adalah jaminan untuk memperoleh kesejahteran hidup. Sebaliknya, ketidakpatuhan dan inkonsistensi kepada Islam dapat menjermuskan kehidupan kaum muslimin ke dalam lembah yang penuh nestapa dan akan menjerembabkan manusia ke dalam krisis multi dimensi yang berkepanjangan.

Rasulullah SAW 14 abad lebih yang lalu memberikan isyarat tentang situasi yang akan menimpa sebuah bangsa yang tidak konsisten menjalan tata aturan agama. Mereka akan dilanda berbagai krisis (sosial, politik, ekonomi, moral, dan budaya) yang berkepanjangan.

إذا اقترب الزمان كثر لبس الطيالسة وكثرت التجارة وكثر المال وعظم رب المال وكثرت الفاحشة وكانت إمرة الصبيان وكثر النساء وجار السلطان وطفف في المكيال والميزان يربي الرجل جرو كلب خير له من أن يربي ولداً ولا يوقر كبير ولا يرحم صغير ويكثر أولاد الزنا حتى إن الرجل ليغشى المرأة على قارعة الطريق فيقول أمثلهم في ذلك الزمان: لو اعتزلتم عن الطريق، يلبسون جلود الضأن على قلوب الذئاب أمثلهم في ذلك الزمان المداهن”.( الطبراني) ‏

“Apabila akhir zaman semakin dekat maka banyak orang yang berpakaian jubah, dominasi perdagangan, harta kekayaan melimpah, para pemilik modal diagungkan, kemesuman merajalela, kanak-kanak dijadikan pemimpin, dominasi perempuan, kelaliman penguasa, manipulasi takaran dan timbangan, orang lebih suka memelihara anjing piaraannya daripada anaknya sendiri, tidak menghormati orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang kecil, membiaknya anak-anak zina, sampai-sampai orang bisa menyetubuhi perempuan di tengah jalan, maka orang yang paling baik di zaman itu hanya bisa mengatakan: tolonglah kalian menyingkri dari jalan, mereka berpakaian kulit domba tetapi berhati serigala, orang paling ideal di zaman itu adalah para penjilat.” (HR, Thabrani)
Fenomena sosial yang dikhawatirkan Rasulullah SAW tersebut pada kenyataannya telah bermunculan di tengah-tengah bangsa yang sedang dirundung krisis multi dimensi ini. Kita dapat menyaksikan lahirnya manusia-manusia yang secara zahir berpenampilan rapih, bersih, menarik, perlente, dengan gaya dan isi pembicaraan yang memukau seolah ingin menggambarkan tingginya kemampuan intelektual mereka dan keberpihakan kepada kebenaran dan keadilan. Padahal, kondisi sebenarnya adalah mereka membenci dan memusuhi tegaknya kebenaran dan keadilan dalam kehidupan bahkan sekedar untuk dirinya sendiri. Orang-orang seperti itulah yang kemudian populer disebut politisi busuk dan birokrat tengik.

Celakanya, tampilan diri yang dapat menutupi dan mengelabui pandangan orang tentang kondisi bathin yang sesungguhnya sehingga menjalani hidup penuh dengan kepura-puraan telah menjadi realitas sosial yang membudaya. Akibatnya, terjadi pergeseran norma-norma sosial dan budaya yang pada akhirnya membiakkan berbagai perilaku menyimpang yang berpengaruh besar terhadap keamanan dan kenyamanan hidup bermasyarakat.

Tentu saja gaya hidup seperti itulah yang mengobarkan kemunafiqan dan kepura-puraan di semua sektor kehidupan. Di sana ada politisi busuk, birokrat tengik, pemimpin yang tidak berkualitas yang kerjanya hanya mengeruk kekayaan buat dirinya sendiri, pedagang culas yang tidak mengindahkan norma-norma, para suami yang tidak berdaya, dan merebaknya dekadensi moral yang dilakukan masyarakat secara terang-terangan.

Dalam waktu yang sama ketidakberdayaan untuk memberantas berbagai jenis perilaku menyimpang itu telah menyerang semua lapisan masyarakat. Akibatnya persepsi dan pandangan orang menjadi berubah. Perilakunya telah melenceng jauh dari nita-nilai dan aturan agama. Salah satunya adalah pandangan masyarakat tentang pentingnya menjaga kesucian diri dari segala perbuatan nista dan dari bahaya hubungan seksual di luar nikah (zina).
Beberapa tahun lalu kita merasakan adanya suatu pandangan yang sama di tengah masyarakat bahwa berhubungan seksual di luar nikah adalah sesuatu yang sangat aib dan merupakan dosa besar yang harus benar-benar dijauhi, baik oleh yang belum maupun yang sudah menikah. Pandangan ini diterima sebagai suatu norma yang berlaku di masyarakat, sehingga bila ada orang yang melanggarnya akan mendapat perlakuan yang seragam dari seluruh lapisan masyarakat di mana saja. Ia akan menerima sangsi sosial berupa penyingkiran dari pergaulan sosial, dimusuhi, tidak mendapatkan hak-haknya sebagai warga dsb. Akibatnya, ia akan teralienasi dari masyarakatnya, merasakan kehidupan yang sempit dan tersiksa, serta merasakan sebagai pihak yang ‘terhukum’ Hal ini akan melahirkan perasaan ‘jera’ yang efektif mengurangi frekuensi pengulangan.

Namun lihatlah kondisi masyarakat kita sekarang ini. Berzina dianggap sebagai salah satu ciri gaya hidup modern dan menutupi aibnya dengan dalih sebagai ’tuntutan zaman’. Kemudian pandangan ini dipopulerkan di tengah masyarakat, sehingga terjadi perubahan-perubahan norma sosial. Berbagai perilaku menyimpang terjadi di mana-mana. Dari mulai kejahatan politik sampai kejahatan moral. Akibatnya masyarakat merasa kesulitan untuk memilah dan membedakan mana perbuatan yang baik yang dapat membawa keamanan dan kebahagiaan hidup, dan mana perbuatan buruk yang dapat membawa kesengsaraan pada kehidupan.

Kebejatan moral masih diperparah oleh perilaku para pemipin bangsa yang bobrok. Mereka terus melakukan korupsi dan manipulasi, penipuan dan penyalahgunaan jabatan. Survei Political and Economic Risk Consultancy (PERC) Th.2002 mencatat Indonesia sebagai negara terkorup di Asia. Sedangkan indeks korupsi versi Transparancy International (TI) menempatkan Indonesia pada posisi ketujuh terkorup di 102 negara.


Download Artikel ini...



MEMAKNAI WASIAT NABI IBRAHIM.doc

PEMBENTUKAN JATI DIRI MELALUI RAMADHAN

Puasa Ramadhan yang baru saja kita jalani membentuk setiap diri umat Islam agar memiliki kemampuan untuk mengendalikan hawa nafsu dan dapat meningkatkan potensi kesucian rohaninya. Ibadah shiyam dapat membentu jati diri muslim yang pari purna dengan meningkatkan iman dan takwa kepada Allah Swt. Iman dan takwa itu dibuktikan dengan senantiasa berpegang teguh kepa petunjuk-Nya, melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Dengan mempertahankan kelestarian iman dan taqwa, kita meniti jalan yang lurus untuk mencapai keridhaan Allah Swt, keridhaan yang senantiasa didambakan oleh setiap manusia yang beriman. Menuju keridhaan yang agung dan luhur itu harus ditempuh dengan melaksankan ibadah dan amal shaleh secara ikhlas dan jujur, sesuai dengan ikrar kita yang selalu kita ucapkan dalam do’a iftitah yang dibaca pada saat awal melaksanakan shalat. “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tidak ada sekutu baginya dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama kali menyerahkan diri (kepada Allah)

(QS. al-An’am : 162-163).


Pembentukan jati diri dalam ibadah shiyam merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan manusia mukmin, karena dengan jati diri itulah kita akan bersikap istiqomah dalam menjalani ajaran agama. Ibadah shiyam yang kita laksanakan, harus mampu membentuk jati diri setiap muslim dan meningkatkan kualitasnya dari tahapan yang paling rendah menuju tahapan yang paling tinggi.

Pembentukan jati diri itu, menuju perubahan pada yang lebih sempurna, sebagaimana yang dicontohkan oleh kehidupan para sahabat Nabi dan Tabiin generasi awal. Perubahan yang sangat mendasar menuju jati diri yang sempurna misalnya kita bisa mengambil contoh dar peristiwa berikut ini:

Pada suatu saat Rasulullah Muhammad Saw. menerima tamu, seorang pria dari kalangan musyrik Arab jahiliyah. Nabi menerima tamu itu sebagaimana layaknya beliau menerima tamu yang lain, dihormati selayaknya dan dipersilahkan duduk di ruang yang telah disediakan. Nabi Saw. menyuguhkan kepada tamu itu segelas air susu murni. Demikianlah kebiasaan dan kebangaan orang-orang Arab pada waktu itu, mereka sangat berbahagia sekali apabila dapat menyuguhkan pada tamunya air susu murni yang mereka perah dari kambing atau unta.


Setalah disuguhi segelas air susu, tamu itu meminumnya sampai habis. Kemudian Nabi menyediakan gelas yang keduanya, itupun diminum sampai habis lalu Nabi menyediakan gelas yang ketiga itupun diminum sampai habis. Hal itu terus berlangsung sampai tujuh gelas. Pertemuan itu kemudian berlalu begitu saja, tidak ada hal yang perlu dicatat, pria Arab jahiliyah kembali ke rumahnya dan Nabi pun melaksanakan aktivitas dakwahnya sebagaimana biasa.


Kira-kira beberapa bulan setelah itu, pria Arab jahiliyah tadi masuk Islam, sebagai seorang mualaf dia merasa ketinggalan dengan para sahabat lain, karena itu dia terus mempelajari agama dengan sungguh-sungguh dan mengamalkannya dengan baik. Dalam jangka waktu tidak begitu lama pria mualaf itu telah menjadi seorang muslim yang sangat baik. Setelah menjadi pria muslim yang baik dia mengujungi rumah Nabi kembali. Nabi menerima tamu mualaf ini, langsung teringat dengan kunjungan yang pertama dulu, kemudian Nabi menyediakan segelas air susu, sebagaimana dulu menyediakannya. Pria mualaf itu kemudian minum segelas air susu yang disediakan oleh Nabi sebagaimana dulu ia meminumnya.

Ketika Nabi akan menyediakan gelas yang kedua, tiba-tiba pria mualaf itu mengatakan, “Wahai Rasulullah cukup untukku, cukup untukku dengan segelas susu itu.” Nabi Saw. mengomentari sikap pria mualaf yang telah berubah drastis dari kebiasaan jahiliyahnya dan menggantinya dengan jati diri seorang muslim, beliau mengatakan:


الْمُؤْمِنُ يَشْرَبُ فِي مِعًى وَاحِدٍ وَالْكَافِرُ يَشْرَبُ فِي سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ


Seorang mukmin cukup meminum dengan satu gelas, sedangkan orang kafir baru puas minum dengan tujuh gelas. (HR. Muslim. No Hadis: 3843)

Dari contoh itu kita bisa melihat secara langsung betapa besarnya perubahan sikap dan jati diri dari seorang jahiliyah menjadi seorang mukmin. Pola hidup yang tadinya dipenuhi dengan kerakusan digantinya dengan kesederhanaan. Kesederhanaan dalam pola makan, dalam pola berpakaian dan bertingkah laku. Manusia mukmin yang melaksanakan ibadah Ramadhan juga diarahkan agar melakukan perubahan yang besar dalam membentuk jati dirinya, dari manusia yang berkualitas rendah menjadi berkualitas tinggi menuju kesempurnaan sesuai dengan ajaran Islam. Puasa Ramadhan pada hakikatnya dapat membentuk jati diri seseorang menjadi pribadi yang berkualitas dan memiliki kemampuan yang tinggi dalam meraih kesuksesan di dunia dan akhirat.Salah satu jati diri manusia mukmin adalah berpola hidup sederhana dan dapat mengendalikan nafsunya sehingga tidak terjerembab dalam lembah kehinaan dan kehancuran.

Ada tiga macam nafsu yang sering menjerumuskan seseorang ke lembah kehinaan yaitu nafsu dari dorongan perut, libido sexual, dan hawa nafsu yang menyesatkan. Nabi Saw. sangat mengkhawatirkan umatnya terjerembab dalam tiga macam nafsu yang menghancurkan itu, sehingga beliau bersabda:

إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَفُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْهَوَى
Artinya: “sesungguhnya aku mengkhawatiri kamu sekalian terjerembab dalam keinginan hawa nafsu dari dorongan perutmu, dorongan seksualmu dan hawa nafsu yang menyesatkan. (HR. Ahmad. No Hadis:18951)

Dalam kenyataan pada kehidupan modern yang kita jalani sekarang, dimana sikap hidup materialisme, konsumtivisme, dan hedonisme, terus menggerogoti masyarkat kita, kita jumpai betapa banyakanya orang yang telah terjerembab dalam lembah kenistaan dan kehinaan. Ada sebagian dari masyarakat yang terjerembab ke dalam hawa nafsu perutnya sehingga ia menjadi budak perutnya sendiri, maka ia pun makan secara berlebihan, minum secara berlebihan, sehingga hidupnya hanya memenuhi dorongan perutnya. Orang seperti ini tergolong dalam kelompok manusia yang paling buruk dari umat Nabi Muhammad Saw.

Kalau orang pertama tadi menjadi budak perutnya sendiri, sehingga ia terjerembab dalam kehinaan dan kehancuran, sedangkan kelompok kedua banyak orang yang menjadi budak dari dorongan libidonya sehingga ia menjadi budak nafsu seksualnya. Keadaan seperti ini lebih membahayakan lagi, karena akan menimbulkan kerusakan dan kehinaan yang lebih parah. Banyak keluarga dan masyarakat yang hancur karena menjadi budak libido dan nafsu seksualnya. Akibat memperturutkan nafsu seksual banyak menyebabkan manusia bergelimang dengan dosa, seperti; perselingkuhan, perzinahan, dan timbulnya deviasi seksual yang mengerikan.

Kalau orang kedua tadi menjadi budak dari dorongan seksualnya sendir, maka kelompok yang ketiga, adalah manusia-manusia yang diperbudak oleh hawa nafsunya sendiri, keadaan ini jauh lebih berbahaya lagi, karena memperturutkan hawa nafsu akan mencampakkan pelakunya menuju kehancuran yang sangat menakutkan. Bahkan terkadang hanya berapa detik saja orang tidak bisa mengendalikan hawa nafusnya ia telah terjerumus dalam kerusakan dan kehancurn dan penyesalan yang sangat berat selama-lamanya di dunia dan akhirat Karena itu Nabi menyatakan: “Musuhmu yang paling berbahaya adalah hawa nafsumu yang berada di antara kedua lambungmu sendiri” (Ihya’ Ulumuddin).


Al-Qur’an memperingatkan orang-orang yang terjerembab dalam kemauan hawa nafsu yang menyesatkan, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Ahqaf : 20.


Dan (Ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): “Kamu Telah menghabiskan rezkimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja) dan kamu Telah bersenang-senang dengannya; Maka pada hari Ini kamu dibalasi dengan azab yang menghinakan Karena kamu Telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan Karena kamu Telah fasik”.

Berbagai kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat, karena manusia memperturutkan hawa nafsunya sendiri.Ibadah puasa Ramadhan yang kita jalani sekarang ini, dapat melatih dan melindungi diri kita agar tidak terjerembab dalam kubangan hawa nafsu, sebagaimana yang disebutkan di atas. Dengan demikian puasa dapat membentuk jati diri yang paripurna, menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa.


Download artikel ini..

  

PEMBENTUKAN JATI DIRI MELALUI RAMADHAN.doc

Peranan Orang Tua Dalam Membentuk kepribadian anak

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Sekarang ini, tak sedikit pemuda-pemuda Indonesia yang berperilaku menyimpang dari norma-norma agama juga hukum-hukum Negara. Tak perlu menengok terlalu jauh, kita lihat disekitar kita saja, mabuk-mabukan, tawuran seakan-akan menjadi suatu kebiasaan yang tidak tabu lagi untuk dilakukan dan diperlihatkan kepada masyarakat umum.
Sebagian besar dari orangtua mereka beranggapan bahwa fenomena seperti diatas, terjadi karena kesalahan anak itu sendiri. Para orangtua seolah lupa dengan apa yang Islam telah ajarkan bahwasanya setiap anak yang lahir kedunia terlahir dalam keadaan fitroh (suci), sedang ayah-ibunyalah yang menjadikannya berbudi pekerti buruk, berakhlaqul karimah, atau berwatak buruk, dan lain sebagainya.
Harapan penulis, semoga saja dengan adanya karya tulis yang sederhana ini, dapat merubah kebiasaan para orangtua yang masih menggunakan cara salah dalam mendidik anaknya, dan menjadi orangtua yang baik dan juga dapat mendidik anaknya dengan cara yang baik pula.

B. TUJUAN.

Dalam penulisan karya tulis ini penulis mempunyai beberapa tujuan, yang diantaranya adalah :
 Menjalaskan kepada pebaca tentang apa itu kepribadian.
 Menjelaskan seberapa penting peran orangtua dalam proses pembentukan kepribadian anak.
 Memberitahukan pembaca tentang beberapa perilaku atau sikap-sikap orangtua yang dapat mempengaruhi kepribadian anak.

C. POKOK-POKOK PERMASALAHAN.

Didalam karya tulis ini, InsyaAllah akan dimunculkan beberapa pokok permasalahan, yakni :
1. Apa itu kepribadian ?
2. Bagaimana peran orangtua dalam pembentukan kepribadian anak ?
3. Perilaku apa sajakah dari orangtua yang dapat mempengaruhi kepribadian anak?


BAB II
ORANGTUA DAN KEPRIBADIAN ANAK


A.PENGERTIAN KEPRIBADIAN.

Setiap individu memiliki kepribadian yang unik dan berbeda dengan individu lainnya. Sehingga kepribadian dapat kita katakan sebagai identitas diri seseorang. Istilah kepribadian itu sendiri sudah mencakup semua karakteristik perilaku seseorang. Lalu apakah yang dimaksud dengan kepribadian itu ? 
Berikut ini pemaparan atau penjelasan tentang beberapa definisi kepribadian menurut para ahli :

1. Cuber
Ia berpendapat bahwa kepribadian merupakangabungan keseluruhan dari sifat-sifat yang tampak dan dapat dilihat oleh seseorang.

2. M.A.W. Brower
Definisi kepribadian menurutnya adalah corak tingkah laku sosial yang meliputi corak kekuatan dorongan, keinginan, opini, dan sikap-sikap seseorang.

3. Theodore M. Newconbe
Ia mendefinisikan kepribadian sebagai organisasi sikap-sikap (predisposition) yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang perilaku.

4. Yinger
Menurutnya kepribadian adalah keseluruhan parilaku dari seorang individu dengan sistem kecenderungan tertentu yang berinteraksi dengan serangkaian situasi. (Subekti:2006:18)
Berdasarkan definisi-definisi diatas, kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa yang dinamakan kepribadian adalah suatu ciri khas seseorang yang dengan ciri khas tersebut seseorang menjadi terdorong untuk berperilaku.


B. PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK.

Kepribadian seseorang tidak serta merta ada begitu saja, banyak hal yang dapat mempengaruhi kepribadian seseorang hingga ia memiliki kepribadian baik atau kepribadian buruk. Akan tetapi, untuk keperluan kajian ini kita hanya akan membahas “ PERAN ORANGTUA DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN ANAK.”
Seorang anak manusia yang terlahir kedunia ini, pada awalnya adalah sebuah organisme kecil yang tercipta dalam keadaan fitroh (suci). Sebagai mana yang telah nabi Muhammad S.A.W sabdakan :


Artinya: “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi.” (HR.Muslim)
Selain menjelaskan bahwa setiap bayi yang lahir kedunia ini terlahir dalam keadaan suci, hadits ini juga menjelaskan betapa pentingnya posisi orangtua dalam membentuk kepribadian anak. Orangtua merupakan faktor utama dalam pembentukan kepribadian atau watak seorang anak, apakah nantinya anak itu beragama islam, nasrani, yahudi, berwatak buruk, berbudi pekerti baik dan lain sebagainya.
John Locke tokoh empirisme mengemukakan teori yang di sebutnya Tabula Rasa yaitu jiwa manusia yang baru lahir itu adalah seperti meja atau papan lilin yang belum tergores. Akan menjadi apa bayi itu kelak sepenuhnya tergantung pada pengalaman-pengalaman apa yang memenuhi jiwa anak tersebut. (Purwanto:1998:18)
Dalam konteks ini yang dimaksud john locke diatas dengan “pengalaman-pengalaman” adalah pengalaman bayi itu ketika berinteraksi dengan lingkungannya atau dalam hal ini adalah keluarga (orangtua).
Pada awalnya keluarga adalah kelompok acuan yang terpenting karena didalam keluarga itulah seseorang mendapatkan pengalaman-pengalaman sosial yang paling awal. Bahkan, para ahli umumnya menyatakan bahwa ciri-ciri kepribadian dasar dari seseorang terbentuk pada tahun-tahun pertama didalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu keluarga memiliki peran yang sangat strategis didalam membentuk kepribadian seseorang. (Subekti:2006:21)
Proses pembentukan sikap, mental, dan kepribadian yang sangat efektif datangnya dari keluarga. Hal ini diakui oleh sosiolog dan psikolog sosial. sebagai contoh, ada pepatah yang berkermbang dalam budaya Indonesia : “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Pepatah ini mempunyai arti sikap dan kepribadian anak merupakan cermin sikap, mental, dan kepribadian orangtua dan lingkungan keluarga pada umumnya. Dengan perkataan lain Si anak akan mewarisi seluruh nilai yang di pegang oleh keluarga. Jadi, kalau orang tuanya atau keluarga pada umumnya memiliki pola-pola aksi atau pola-pola perilaku yang baik maka akan mewariskan kepada anak pola-pola perilaku yang baik pula. Dan sebaliknya kalau orangtua atau keluarga pada umumnya memiliki pola-pola perilaku yang tidak baik maka akan menghasilkan pola-pola perilaku pada anak yang tidak baik pula. Dari contoh ini kita mengetahui bahwa betapa kuatnya kelurga sebagai agen sosialisasi dalam pewarisan nilai-nilai. (Subekti:2006:12)

C. PERILAKU-PERILAKU ORANG TUA YANG DAPAT MEMPENGARUHI
KEPRIBADIAN ANAK.

Kebanyakan orangtua pasti ingin membesarkan anak-anak mereka dengan baik. Mereka tidak berniat untuk mengabaikan atau mencelakakan anak-anak mereka. Namun diakui atau tidak, tanpa disengaja mareka dengan segala perilaku mereka sehari-hari itu telah membentuk kepribadian anak.
Anak dalam perkembangan kepribadiannya selalu membutuhkan seorang tokoh identifikasi. Identifikasi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan seorang lain. Pada anak , biasanya tokoh yang ingin disamai (tokoh identifikasi) adalah ayah atau ibunya. Dalam proses identifikasi ini anak mengambil alih (biasanya dengan tidak disadari oleh anak itu sendiri) sikap-sikap, norma, nilai, dan sebagainya dari tokoh identifikasi. Jadi dalam proses identifikasi anak tidak saja ingin menjadi identik secara lahiriah, tetapi terutama justru secara batin. (Purwanto:1998:26)

Terdapat dua kemungkinan besar yang diakibatkan oleh perilaku-perilaku orangtua terhadap kepribadian anak. Yaitu :

1. Anak memiliki kepribadian yang baik.

Perilaku orangtua yang dapat berpengaruh pada anak, sehingga anak memiliki kepribadian yang baik diantaranya adalah :

a. Memberi teladan baik dengan perilaku, bukan dengan ucapan.
Setiap orangtua berharap anak-anaknya meneladani sikap dan memandang orangtua dengan penuh rasa hormat. Sesungguhnya, ketika orangtua berhasil pemperoleh rasa hormat itu, anak-anaknya akan mengikuti teladan yang telah orangtua berikan. (Gultom:2007:100)
Kita perlu membangun pengaruh positif kepada anak-anak dengan cara bertindak dan memberikan teladan yang baik. Keyakinan dan nilai-nilai dasar kita akan membentuk karakter anak kita. Secara tidak langsung, anak-anak akan meneladani tindakan yang dilakukan orangtuanya setiap hari. Apapun yang kita lakukan sangat berpengaruh kuat kepada anak daripada segala hal yang kita katakan. (Gultom:2007:101)
b. Memberi perhatian positif kepada anak.
Semua anak ingin diperhatikan. Pernyataan sederhana ini adalah kebenaran fundamental dalam pengasuhan anak. Anak akan tumbuh dengan baik bila orangtuanya memberikan perhatian positif. Sebaliknya, anak akan tumbuh “liar” ketika sering mendapatkan perhatian negatif. Anak akan senang bila orangtuanya memujinya. Dan, mereka juga lebih senang ketika orangtuanya membentak atau mengoreksi kesalahan mereka dari pada mengabaikan sama sekali. Anak akan merasa dirinya rendah keika tidak diperhatikan sama sekali. (Gultom:2007:23)
c. Tidak menghina anak.
Mendisiplinkan anak ketika orangtua sedang marah berpotensi menimbulkan hal yang negatif, seperti menghalangi upaya komunikasi dan justru menimbulkan konflik. Selain itu, seringkali orangtua tanpa sadar malontarkan kata-kata yang tidak pantas. Biasanya keretakan hubungan orangtua dan anak akibat perkataan yang menyakitkan membutuhkan waktu yang lama untuk menyembuhkannya. (Gultom:2007:93)
Kata-kata kasar sering terucap ketika sedang marah atau frustasi. Namun, hal ini malah akan menyebabkan implikasi yang negatif pada anak-anak. (Gultom:2007:93)

2. Anak memiliki kepribadian yang buruk.
Kepribadian buruk yang ada pada diri seorang anak, biasanya karena akibat dari perilaku-perilaku salah orangtua ketika mendidik anaknya. Diantara perilaku-perilaku itu adalah :
a. Bertengkar dihadapan anak.
Termasuk penyebab yang menyebabkan penyimpangan moral generasi meda kita adalah meruncingnya pertengkaran dan berlanjutnya beda pendapat antara ayah ibu pada saat yang paling tepat untuk bertemunya anggota keluarga.
Jika anak membuka matanya dirumah dan dia melihat pertengkaran didepan matanya, maka dia pasti meninggalkan rumahnya untuk mencari teman demi menghabiskan waktu bersama dan menghabiskan saat-saat dia tidak bekerja. Jika teman yang dipilih buruk dan jelek, maka dia akan terperosok bersama mereka, sehingga dia berakhlak bejat dan berperangai rendah. Bahkan penyelewengannya semakin menjadi-jadi dan kelak menjadi sampah bagi negri dan masyarakat serta lingkungannya. (Sunarto:2007:50)
b. Memberikan perhatian hanya ketika anak berbuat salah.
Setiap anak tentulah ingin diperhatikan oleh orangtuanya. Namun, orangtua cenderung terperangkap dalam kesibukan kerja sehari-hari dan sering melupakan untuk memberi pujian kepada Sang buah hati ketika telah berbuat baikdan memiliki prestasi disekolah yang cukup membanggakan. Kebanyakan dari orangtua cenderung menunggu sampai Si buah hati melakukan kesalahan. Dan pada saat itulah orangtua mulai akan memberikan perhatian. Efeknya proses yang demikian akan membuat Si buah hati bisa menangkap kecenderungan bahwa orangtuanya akan memperhatikannya ketika ia melakukan sebuah kesalahan atau berperilaku buruk. (Gultom:2007:23-24)
c. Otoriter dalam mendidik anak.
Orangtua yang menggunakan gaya komunikasi ini adalah orangtua yang sangat mempertahankan kendali kekuasaan. Bagi tipe orangtua semacam ini, perasaan-perasaan yang kuatmerupakan sesuatu yang sangat “tidak tertib”. Jadi, mereka akan memerintahkan anak untuk bersikap dan bertindak dengan benar. Biasanya mereka akan menggunakan “perintah” atau “ancaman”. Orangtua tipe otoriter ketika berbicara kepada anaknya akan membuang segala yang tidak perlu atau tidak dikehendaki. (Gultom:2007:49)
Gaya komunikasi seperti ini secara jelas menunjukkan bahwa orangtua menilai rendah apa yang dirasakan, dipikirkan, atau dilakukan buah hati. Hal ini terjadi atas dasar pemikiran bahwa orangtua lebih hebat,lebih kuat, lebih pintar, dan kebutuhannya lebih penting dari pada kebutuhan buah hati. Orangtua yang melakukan hal semacam ini sebenarnya sedang meminimalisir kebutuhan-kebutuhan anak dan menyampaikan pesan bahwa ia tidak tertarik dengan apapun yang dikatakanoleh buah hatinya. (Gultom:2007:49)
Jika seorang anak sudah merasa tidak dihargai lagi oleh orangtuanya dirumah, maka ia akan mencari teman diluar rumah yang menurutnya lebih menghargai dirinya. Hal ini akan sangat berbahaya jika Si anak salah dalam menemukan teman, maka ia akan jatuh dalam jerat maksiat, kasesatan dan penyimpangan.

Jika seorang anak sudah terlanjur memiliki kepribadian yang buruk atau berperilaku menyimpang, berikut ini adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan orangtua untuk menanggulangi perilaku-perilaku negatif anak,
1. Peningkatan peran keluarga terhadap perkembangan dari kecil hingga dewasa.
2. Peningkatan status social keluarga.
3. Menjaga keutuhan keluarga.
4. Mempertahankan sikap dan kebiasaan orangtua sesuai dengan norma yang disepakati.
5. Pendidikan keluarga yang di sesuaikan dengan status anak; anak tunggal, anak tiri, dll. (Purwanto:1998:21-22)


BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN.

Dengan adanya penjelasan-penjelasan yang telah tergores diatas, maka kita dapat menarik beberapa kesimpulan,antara lain :
1. Setiap bayi terlahir dalam keadaan fitroh (suci) dan kedua orangtuanyalah yang menjadikan anak itu berwatak baik, atau berwatak buruk.
2. Orangtua adalah faktor utama dalam pembentukan watak dan kepribadian seorang anak.
3. Ketika anak masih kecil, dikeluargalah ia mulai mengenal hidupnya, dasar perilaku, sikap hidup dan kebiasaa-kebiasaan.

B. SARAN.

Setelah mempelajari karya tulis ini, saran dari penulis kepada pembaca adalah :
1. Dapat mengetahui bagaimanakah cara untuk menjadi orangtua yang baik.
2. Tidak serta merta menyalahkan anak ketika anak berbuat kesalahan atau berperilaku salah.
3. Agar supaya orangtua dapat dan mau untuk menata diri sendiri ketika ia ingin menata anaknya.


DAFTAR PUSTAKA


Sunarto, Ahmad, 2007. Petunjuk Rosul : Mendidik Anak Sejak Lahir. Kediri : PON PES. HIDAYATUT THULAB.
Purwanto, Heri. 1998. Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gultom, Gogona. 2007. 10 Kesalahan Orangtua Dalam Mendidik Anak; Solusi Bijak Untuk Mengatasinya. Jakarta : Tangga Pustaka.
Subekti. 2006. Kreatif Sosiologi Kelas X Semester Genap. Kudus : VIVA PAKARINDO.



Download Artikel Ini...

 

Peranan Orang Tua Dalam Membentuk kepribadian anak.doc

Shalih, Cerdas, Kreatif dengan Internet

Akhir-akhir ini sering sekali kita mendengar kata-kata “Internet”. Dimana-mana orang-orang selalu berbicara tentang Internet. Sesama teman saling memberikan alamat e-amail mereka, belum lagi jika ada yang menanyakan soal homepage anda. Internet sudah tidak menjadi hal yang asing dan merupakan hal yang umum di masyarakat.


1. Apa itu Internet?

Secara teknis, Internet atau International Networking merupakan dua computer atau lebih yang saling berhubungan membentuk jaringan komputer hingga meliputi jutaan komputer di dunia (international), yang saling berinteraksi dan bertukar informasi. Sedangkan dari segi ilmu pengetahuan, internet merupakan sebuah perpustakan besar yang di dalamnya terdapat jutaan (bahkan milyaran) informasi atau data yang dapat berupa text, graphic, audio maupun animasi dan lain-lain dalam bentuk media elektronik. Orang bisa “berkunjung” ke perpustakaan tersebut kapan saja dan dari mana saja. Dari segi komunikasi. Internet adalah sarana yang sangat efisien dan efektif untuk melakukan pertukaran informasi jarak jauh, maupun di dalam lingkungan perkantoran.


2. Pandangan Muslim Terhadap Internet

Di era yang serba mesin dan teknologi modern ini, tidak ada alasan untuk tidak ikut memanfaatkannya. Kata “Internet” sudah menjadi bagian dari media pengajaran. Tak kalah pentingnya dengan buku, bahkan Internet memiliki milyaran informasi. Akses Internet juga memudahkan semua orang untuk menggali informasi bagi orang yang kurang suka membaca atau tidak sempat mencari buku. Maka dari itu Internet mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia muslim, khususnya bagi para remaja untuk menunjang pendidikan mereka.

a. Internet dan MA Madarijul Huda

Banyak orang yang menganggap internet itu fasilitas menuju kesuksesan dan tidak sedikit juga yang menganggap bahwa internet jalan menuju antara surga dan neraka, karena didalam dunia maya ini, apa pun dapat terjadi semisal mencelakai teman sendiri dengan menggunakan virus internet itu sangatlah memprihatinkan. Di MA Madarijul Huda sejak dini sudah dikenalkan dengan internet namun juga dikenalkan dengan larangan-larangan dalam mengolah internet, sehingga setiap murid di MA Madarijul Huda dapat membentengi diri mereka sendiri. Dampak negatif atau positif itu tergantung oleh penggunanya,

b. Dampak dari internet

Kadang banyak orang menyalah gunakan internet sehingga banyak kriminalitas terjadi diinternet misalnya pencurian data-data penting dengan menggunakan tenaga dari virus,bahkan fenomena-fenomena dari pengguna internet yang kurang bertanggung jawab



Kembang, Agustus 2010

By : Diana Azanti

Kelas XI Ps

Facebook menurut pandangan agma Islam

"Facebook adalah teknologi yang tidak bisa dihambat perkembangannya dan tidak melanggar syariat Islam. Facebook juga bisa menjadi media dakwah. Facebook itu harus dimanfaatkan ke arah yang positif sehingga facebook bisa menjadi dunia nyata yang mendatangkan banyak manfaat," ujarnya.
Fecbook adalah jaringan social yang sedang marak di seluruh dunia terutama Indonesia sebagian besar fecbooker adalah pada pemuda-pemuda baik laki-laki maupun perempuan
Para ulama se-Jawa Timur belum lama ini dikabarkan menyatakan menggunakan Facebook adalah haram. Namun setelah dikonformasi ulang mereka membantah telah mengeluarkan fatwa haram atas penggunaan jejaring social itu. Mengapa?

Alasan pengharaman Facebook adalah Kitab Bariqah Mahmudiyah halaman 7, Kitab Ihya' Ulumudin halaman 99, Kitab Al-Fatawi Al-Fiqhiyyah Al-Kubra halaman 203, serta sejumlah kitab dan tausyiyah dari ulama besar.

Tentu saja pernyataan ulama se-Jawa Timur yang tergabung dalam Forum Komunikasi Pondok Pesantren Putri (FMP3) itu mengundang kontroversi dari banyak kalangan. Pihak Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur sendiri membantah bahwa pertemuan yang diadakan di tempat itu mengatakan pernyataan yang mengharamkan Facebook. Wadah para ulama, MUI, pun menyatakan belum ada fatwa yang menyatakan bahwa jejaring sosial itu haram.

Dikatakan oleh Ketua MUI, H. Amidhan, ulama-ulama dari Jawa Timur tersebut tidak termasuk dalam wadah MUI Pusat. Sedang dalam masalah Facebook, H. Amidhan menyatakan, haramnya konten dalam Facebook berbeda dengan haramnya babi. Sementara Ketua MUI Kalimantan Selatan Prof H Asywadie Syukur Lc berhati-hati dalam menyatakan keberadaan Facebook itu boleh atau tidak.

Apa yang sempat dinyatakan para ulama se-Jawa Timur itu tentu bukan sembarangan, namun didasarkan pada pengalaman yang ada. Misalnya salah satu ulama di Pondok Pesantren Lirboyo, yang memiliki Friendster pernah mendapat kiriman gambar porno.

Sebagai jejaring sosial Facebook memang terbukti sebagai media komunikasi yang efektif. Dengan media seperti itu selain facebooker mampu menambah teman dan mengomunikasikan segala macam hal, ia juga mampu menemukan temannya kembali yang sudah sekian puluhan tahun tidak pernah berjumpa. Dengan Facebook itulah segala macam pesan dikemas dan disebarkan tanpa batas.

Keefektifan Facebook itulah yang juga digunakan Barack Obama untuk memenangi pemilu si AS. Bahkan pria yang pernah sekolah di Menteng, Jakarta, Indonesia, itu tidak hanya menggunakan Facebook untuk menjaring pendukungnya. Jejaring sosial maya semacam Myspace, Linkedin, Youtube, Friendster, dan Twitter juga digunakan.

Dengan menggunakan jejaring sosial itu, Obama secara tahap pertahap mampu memenangi berbagai putaran pemilu. Pertama, saat konvensi Partai Demokrat, senator dari Illinois itu mengalahkan Hillary Clinton. Kemudian pada saat pemilu presiden, ia mampu menumbangkan John McCain dari Partai Republik.

Dengan menggunakan jejaring sosial itu, Obama melakukan gerakan sekali merengkuh dayung, satu-dua pulau terlampau. Artinya, selain ia mampu mengembangkan jaringan pendukungnya, dirinya juga mampu mengumpulkan dana dari jejaring sosial itu. Meski disumbang US$ 5 per orang, namun jumlah yang menyumbang sampai jutaan orang.

Sementara Hillary masih menggunakan pola-pola lama dalam berkampanye, termasuk dalam mencari dana. Hillary lupa bahwa dirinya hidup di suatu negara di mana tingkat penggunaan teknologi informasi demikian pesatnya. Diibaratkan dalam sebuah situs, Hillary masih menggunakan AOL,Obama sudah memanfaatkan jejaring sosial Facebook. Hillary masih PC, Obama sudah sebuah Mac.

Akibat keefektifan Facebook dalam menyampaikan pesan dan belajar dari kemenangan Barack Obama dengan menggunakan Facebook membuat pemerintah Iran melarang penggunaan Facebook menjelang pemilu. diberitakan pemerintah Negeri Mullah itu memblokir Facebook. Tujuannya pemblokiran ini, menurut lawan-lawan politik, agar Presiden Mahmoud Ahmadinejad bisa memenangi kembali pemilu yang akan digelar 12 Juni 2009 ini.

Pemerintah negara itu melakukan pemblokiran sebab kaum oposisi dengan cermat menggunakan Facebook untuk berkampanye. Tentu saja apa yang dilakukan itu memancing kemarahan dari pihak oposisi. Salah satu mullah terkenal di negeri itu yang sekaligus menjadi tim sukses Mehdi Karroubi, Mohammad Ali Abtahi, menuturkan pemerintah ingin mencegah diskusi bebas soal pemilu.

Seperti bantahan yang dikeluarkan dari pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo, Ahmadinedjad pun juga membantah bahwa dirinya melarang penggunaan Facebook. Menurut presiden yang pemberani itu dirinya percaya pada kebebasan berekspresi secara maksimal di Iran. Untuk itu ia akan melakukan penyelidikan terhadap kontroversi pemblokiran Facebook tersebut.
Dibanding dengan negara di kawasan Asia, Indonesia masih kalah dalam hal penggunaan Facebook. Ini karena pengguna internet di negeri kita juga memang jauh di bawah rata-rata negeri di kawasan ini. Perlukah kita mengkhawatirkan dampak buruknya?

Data pada tahun 2002 menyebut pertumbuhan pengguna internet di Singapura tercatat 115%, Malaysia 90%, Cina 1.600%, dan India (4.500%) tahun lalu. Sementara berdasarkan data ITU, pada tahun 2006, pengguna internet negara-negara ASEAN, rata-rata densitasnya, adalah sekitar 10,15 pengguna internet per 100 penduduk. Dalam grafik terlihat Malaysia dan Singapura memiliki densitas yang jauh di atas negara-negara ASEAN lainnya, dengan densitas 43,77 dan 43,35 pengguna internet per 100 penduduknya.

Densitas pengguna internet di Indonesia sendiri masih di bawah rata-rata ASEAN. Dengan angka densitas sebesar 7,18 pengguna internet (data 2005) per 100 penduduk, penetrasi internet di Indonesia berada pada urutan keenam dari sepuluh negara anggota ASEAN, dan masih jauh berada di bawah Vietnam dengan densitas 17,21 pengguna internet per 100 penduduknya.

Diakhir 2008, dari data di situs, pengguna internet di Indonesia diperkirakan mencapai 30 juta pengguna. Tetapi angka itu masih relatif kecil karena baru 13% penduduk Indonesia menikmati fasilitas internet, angka ini masih jauh dari penetrasi netter dunia yang mencapai 23.5% atau 17.2% di Asia.

Persentase netter Indonesia (13%) masih kalah jauh dengan negara-negara tetangga di Asia seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan China. Malaysia 62.8%, Filipina 14.6%, Thailand 20.5%, Vietnam 24.2%, China 22.4%, Korea Selatan 76.1%, dan Jepang 73.1%.

Dengan demikian penggunaan Facebook di Indonesia masih belum memasyarakat betul. Disimpulkan penggunaan Facebook di Indonesia baru dinikmati 10% dari total jumlah penduduk Indonesia. Sehingga komunikasi lewat Facebook di Indonesia baru sebatas kalangan tertentu dan otomatis dampak negatifnya juga sebatas komunitas itu.

Meski demikian apa yang dikhawatirkan para ulama itu perlu ditanggapi secara positif sebab kandidat doktor dari Ohio State University, Aryn Karpinski, bersama co-authornya, Adam Duberstein dari Ohio Dominican University merilis hasil surveinya menunjukkan, bahwa mahasiswa yang sering menggunakan online-social-network memiliki indeks prestasi belajar lebih rendah daripada mahasiswa yang tidak menggunakan online-social-network. Survei dilakukan pada 219 mahasiswa dan lulusan yang secara signifikan memiliki perbedaan hasil belajarnya, antara pengguna Facebook vs non-pengguna.

Survei dampak negatif dari Facebook juga pernah dilakukan oleh neurosains dari Oxford University, Susan Greenfield. Survei menyatakan bahwa social-network seperti Facebook dan Bebo mudah membuat penggunanya kekanak-kanakan hingga berperilaku seperti anak kecil.

Neurosains dari UCLA, Gary Small, malah memberikan peringatan tentang menurunnya kemampuan para pengguna social-network dan teknologi modern terhadap perhatiannya pada ekspresi dan isyarat emosional seseorang secara sosial di kehidupan nyata, akibat kurangnya bertatap muka atau bersosialisasi secara langsung.

Berdasarkan pengalaman penulis, yang juga facebooker, terlihat dalam dinding-dinding Facebook, para facebooker sering mengeluh dan saling mengingatkan di antara mereka bahwa jaringan itu bisa membuat menunda-nunda pekerjaan rutin mereka. Nah, dari sinilah survei dan pengalaman ini bisa menyimpulkan bahwa apa yang dikatakan ulama Jawa Timur itu benar.

Meski demikian salah seorang pimpinan MUI memberi respon apa yang dikatakan para ulama Jawa Timur itu kurang pas sebab Facebook juga bisa sebagai sarana untuk melakukan silahturahmi. H Amidhan juga mengatakan, yang diharamkan dari Facebook itu adalah konten yang bermuatan gosip, mengumbar keburukan privasi orang, dan pornografi.

Sedang Asywadie Syukur semua tergantung atau bermula dari niat orang itu. Ia mencontohkan, pemanfaatan Facebook dalam rangka berkomunikasi guna menggali atau tukar ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat, itu tidak haram.

Akan tetapi bila pemanfaatannya untuk berkomunikasi dalam hal-hal yang terlarang, baik secara hukum positif di Indonesia, maupun menurut norma-norma Islam, maka penggunaan sarana tersebut bisa dikategorikan haram.

Dari semua itu penulis berani menyimpulkan penggunaan Facebook hukumnya bisa haram (bila sifatnya merusak diri sendiri, orang lain, dan masyarakat), halal dan wajib (bila digunakan untuk berdakwah, menyampaikan kebaikan), serta bisa berhukum makruh dan mubah.


Download Artikel ini ..



Facebook  menurut pandangan agma Islam.doc
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Imagen 2
Pada hakekatnya, berdirinya Madrasah Aliyah Madarijul Huda Kembang Dukuhseti Pati merupakan kesinambungan Program Pendidikan yang di selenggarakan oleh sebuah Yayasan yang bernama “ YAYASAN PENGEMBANGAN MADRASAH MADARIJUL HUDA “ dimana Yayasan tersebut mengelola RA, MI, MTs, MA dan SMK dan Pondok Pesantren Putra-Putri. Cikal bakal lembaga tersebut adalah sebuah Madrasah Diniyyah Salafiyyah yang didirikan oleh KH. Hasbullah pada tahun 1947, MTs. Salafiyyah tahun 1955 kemudian disusul berdirinya Pondok Pesantren Putra tahun 1960. Pada masa itu semua lembaga pendidikan menggunakan Kurikulum Kombinasi dari Kurikulum Depag dan Kurikulum Salaf sampai sekarang. Madrasah Aliyah Madarijul Huda pertama kali didirikan pada tahun perlajaran 1985/1986 sebagai kelanjutan dari jenjang MTs oleh KH. Abdullah Zawawi Hasbullah, selaku ketua Yayasan Pengembangan Madrasah Madarijul Huda pada waktu itu. Kemudian pada tahun 1990 mendapat status “terdaftar “ dengan piagam nomor: WK/S.D/209/PGM/MA/1990, TANGGAL 27 Juli 1990. Untuk kali pertama mengikuti “Ebtanas“ bergabung dengan MAN 01 Semarang filial Tayu. Pada saat itu juga Hj. Roihanah Hasbullah mendirikan Pondok Pesantren Putri sebagai sarana pelengkap dan pendukung kegiatan belajar yang di Madrasah pada tahun 1995/1996, Yayasan Pengembangan mendirikan MAK , dengan mendapat ijin operasional dari Kanwil Depag jawa Tengah 21 Januari 1998 Nomor: WK/5.d/P.P.00.6/MAK/0032/OPS/98. Dan pada tahun 1999, MA Madarijul Huda mendapatkan status “ Diakui” dari Dirjen Binbaga Islam Depag Republik Indonesia dengan SK No:E.IV/PP.006/Kep/34/99 tanggal 23 Maret 1999.